Thursday, August 21, 2008
Santapan Jiwa: Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut
Utk Renungan Bersama.Mungkin kita terlupa dgn artikel ini.Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullahdengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai umatku, kita semua adadalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalahkepada-Nya. Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku.Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelakorang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yangtenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umaradanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafaspanjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telahdatang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesaimenunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Alidan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dangoyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabatyang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masihtertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengankeningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadialas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berserumengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidakmengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimahyang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemaniayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,"Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya barusekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullahmenatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olahbahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah,dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkanpertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah punmenahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapiRasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langitdunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril,jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengansuara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikattelah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, "kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanyamasih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" TanyaJibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangankhawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirmankepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammadtelah berada di dalamnya," kata Jibril.Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukantugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullahbersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakitsakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Aliyang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka."Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" TanyaRasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup,melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudianterdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi."Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut inikepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dandadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendakmembisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya "Uushiikum bisshalati, wa maa malakat aimanuku", peliharalah shalat dan peliharalahorang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengarbersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullahyang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku,umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammadwa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agartimbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah danRasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada ituhanyalah fana belaka. Amin....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment